latest articles

Prof. Dr. Yasmine Zaki Shahab

Prof. Dr. Yasmine Zaki Shahab | (lahir tahun 1948) adalah ketua Departemen Antropologi, Universitas Indonesia. Ia memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Indonesia, Master of Arts dalam studi Kependudukan dari Universitas Nasional Australia (ANU) serta gelar Ph.D. dari School of Oriental and African Studies, London dengan menulis tesis yang berjudul "Creation of Ethnic Tradition Betawi of Jakarta".

Ketertarikannya pada masyarakat Betawi membuatnya aktif melakukan penelitian dan menulis tentang topik yang diminatinya tersebut, sampai saat ini. Yasmine Zaki Shahab saat ini masih aktif dalam beberapa hal yang berkaitan dengan Betawi.

sumber : wikipedia


Read more

Prof. Dr. Teuku Jacob

Prof. Dr. Teuku Jacob | (lahir di Peureulak, Aceh Timur, 6 Desember 1929 – meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 2007 pada umur 77 tahun) adalah guru besar emeritus dalam bidang antropologi ragawi Universitas Gajah Mada (UGM). Ia dikenal sebagai peneliti berbagai fosil yang ditemukan di berbagai tempat di Pulau Jawa. Menjelang akhir hidupnya, ia sempat menghebohkan kalangan antropologi atas kritiknya terhadap asal usul Homo floresiensis. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang ilmuwan yang tekun pada bidangnya dan menghasilkan banyak karya tulis, penelitian, buku, artikel, makalah di berbagai surat kabar, dan jurnal. Beliau merupakan bapak paleoantropologi Indonesia.

Kehidupan
Prof. Dr. Teuku Jacob ialah putra bungsu dari tiga bersaudara, anak dari Teuku Sulaiman, Jacob tamat SMA di Banda Aceh, 1949 dan Lulus FK UGM, 1956, kemudian ia belajar di Universitas Amerika, Washington DC, tetapi mengambil gelar doktor di Rijksuniversiteit, Utrecht, Negeri Belanda, 1970. Di dua perguruan tinggi ini, Jacob dibimbing dua arkeolog ternama yakni Prof. Dr. W. Montague Cobb, dan Prof. Dr. G.H.R. Koenigswald.

Gagasannya di bidang pendidikan terasa orisinil. Misalnya, ia pernah melempar gagasan untuk menerima lulusan SMA IPS di fakultas kedokteran. Ia juga gusar melihat sebagian besar insinyur bekerja di kota. ‘’Kalau dokter bisa menjadi dokter Inpres, mengapa insinyur tidak,’’ katanya.Tetapi, memenuhi harapan Menteri P & K untuk mencetak kader penerus kegiatan bidang ilmu yang digelutinya, ia malah merasa sulit. Orang tidak banyak tertarik bidang ini karena hasilnya tidak langsung dirasakan. Lagi pula, bidang ini erat berkaitan dengan antardisiplin: ilmu kedokteran, biologi, kedokteran gigi, arkeologi, dan antropologi budaya. ‘’Menyiapkan program pendidikannya pun menjadi susah,’’ ujarnya.

Di beberapa negara, Jacob tercatat sebagai anggota sejumlah perkumpulan. Ia juga menulis beberapa karya. Jacob menolak anggapan para ahli Barat bahwa manusia purba di kawasan Sangiran, Solo, bertradisi mengayau — memenggal kepala lalu memakan otak sesamanya. Ia menyatakan, ‘’Temuan-temuan tengkorak Sangiran umumnya sudah tidak bertulang dasar, rusak karena lemah. Lagi pula, manusia purba cukup bekerja dua jam untuk makan sepanjang hari, sehingga rangsangan untuk membunuh menjadi berkurang.’’

Menikah dengan Nuraini, Jacob dikaruniai seorang anak wanita. Kegemarannya cuma membaca. Bila bepergian, ia sering membawa banyak kopor. Bukan pakaian, melainkan tulang belulang. Ketika membawa fosil ke Tokyo, 1977, ‘’Saya dijaga ketat, pakai polisi bersirene, dan lampu merah segala,’’ ceritanya.

Tidak selamanya serius, Jacob juga suka berkelakar. ‘’Orang bisa memancarkan wibawanya lewat berbusana bersih, rapi, dan wangi,’’ katanya. Tetapi, ‘’Di dunia kami lain. Semakin kumal baju yang dikenakan seorang peneliti, apalagi kalau ada lubang di sana-sini, ia akan semakin tampak berwibawa, dan lebih dihormati.

Mantan guru besar emeritus dan antropolog ragawi Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia sempat menghebohkan dengan penemuannya mengenai kontroversi keberadaan manusia Flores. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang ilmuwan yang tekun pada bidangnya dan menghasilkan banyak karya tulis, penelitian, buku, artikel, makalah di berbagai surat kabar dan jurnal. Beliau merupakan putera Aceh yang diakui sebagai ilmuwan antropologi internasional.

Pendidikan
  1. SD, Langsa (1943)
  2. SMP, Kutaraja (1946)
  3. SMA, Kutaraja (1949)
  4. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta (1956)
  5. Universitas Amerika, Washington DC, AS (1960)
  6. Rijksuniversiteit Utrecht, Negeri Belanda (Doktor, 1967)
Karier
  1. Asisten Ahli Antropologi UGM (1954-1963)
  2. Lektor Muda, kemudian Lektor Kepala Antropologi UGM (1963-1971)
  3. Asisten Anatomi Universitas Amerika, Washington DC (1959-1960)
  4. Guru Besar Tamu Paleontologi, Manusia, San Diego (1968)
  5. Guru Besar Antropologi UGM (sejak 1971)
  6. Sekretaris Fakultas Kedokteran UGM (1973-1975)
  7. Ketua Bidang Ilmu Kedokteran Lembaga Pendidikan Doktor UGM (sejak 1977)
  8. Anggota Komisi Kerja Senat UGM (sejak 1977)
  9. Rektor UGM (1982-1986)
Kegiatan Lain
  1. Pemimpin Redaksi Berkala Ilmu Kedokteran (sejak 1969)
  2. Anggota American Association of Physical Anthropologists
  3. Anggota Society for the Study of Social Biology
  4. Anggota American Association for the Advancement of Science
  5. Anggota Societe d’Anthropologie de Paris
  6. Anggota Society for Medical Anthropology
Karya
  1. The Sixth Skull Cap of Pithecanthropus Erectus, American Journal of Physical Anthropology (1966)
  2. Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesia Region, Neerlandia, Utrecht (1967)
  3. The Phitecanthropus of of Indonesia, Bulletins et Memoires de Societe d’Anthropologie de Paris (1975)
  4. Menuju Teknologi Berperikemanusiaan (1996)
  5. Tahun-Tahun Yang Sulit (2001)
  6. Tragedi Negara Kesatuan Kleptokratis (2004)
  7. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores:Population affinities and pathological abnormalities (2005)
sumber : wikipedia
Read more

Tapi Omas Ihromi

Tapi Omas Ihromi | Tapi Omas Ihromi (lahir di Pematangsiantar, 2 April 1930; umur 84 tahun) adalah seorang antropolog Indonesia.

Omas, demikian panggilannya, lahir dari keluarga Simon Simatupang dan Mina Sibuea, sebagai anak keenam dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang pegawai kantor pos. Kehidupannya sekeluarga sederhana. Gaji yang diterima ayahnya setiap bulan selalu habis dikirim kepada Omas dan saudara-saudaranya yang belajar di Jawa.

Tapi Omas masuk ke sekolah guru dan pernah mengajar di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Namun kemudian ia melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan selesai pada 1958.

Karier
Pada awal tahun 1960-an Tapi Omas mendapat kesempatan melanjutkan studinya di Universitas Cornell dan lulus dengan gelar M.A.. Pada saat yang bersamaan, suaminya, Ihromi, mengambil gelar M.A. di Universitas Harvard dalam bidang studi bahasa-bahasa Semit. Tapi Omas kemudian mengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan kemudian berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang antropologi hukum pada 1978, dengan menulis disertasi dengan judul "Adat perkawinan Toraja Sa'dan dan tempatnya dalam hukum positip masa kini".

Sebagai seorang pakar hukum adat, Tapi Omas aktif membela kepelbagaian adat-istiadat di Indonesia. Ia berpendapat, penyeragaman hukum di Indonesia seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru hanya akan menimbulkan masalah di masyarakat.

Selain itu, Tapi Omas juga dikenal sebagai seorang pembela kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Bersama-sama dengan sejumlah rekannya Tapi Omas ikut mendirikan Pusat Kajian Perempuan di Universitas Indonesia pada 1979.

Keluarga
Tapi Omas Simatupang menikah dengan Ihromi, pemuda Sunda yang dikenalnya sebagai sesama anggota GMKI. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan, yaitu Nia Kurniati dan Ade Satiawati. Dari kedua anak ini, pasangan Ihromi-Simatupang ini mendapatkan empat orang cucu, yakni Astrid Saraswati, Kristi Helena Ratnaningsih, Manendra Muhtar, dan Saut Benyamin.

Bibliografi
Sebagian dari karya tulis Tapi Omas Ihromi:

  1. Pengawasan sosial - 1960
  2. Antropologi sosial dan budaja - 1963
  3. Toba-Batak kinship system: a preliminary description - 1963
  4. The status of women and family planning in Indonesia - 1973
  5. Kedudukan wanita dan keluarga berencana di Indonesia - 1973
  6. Adat perkawinan Toraja Sa'dan dan tempatnya dalam hukum positip masa kini - 1981
  7. Peranan dan kedudukan wanita Indonesia: bunga rampai tulisan-tulisan(ko-editor bersama Maria Ulfah Subadio) - 1983
  8. Bianglala hukum: hukum dan antropologi, hukum dan integrasi bangsa, hukum dan kedudukan wanita, antropologi hukum dan polisi, wanita dan kesadaran hukum - 1986
  9. Para ibu yang berperan tunggal dan berperan ganda: laporan penelitian(editor) - 1990
  10. Kisah kehidupan wanita untuk mempertahankan kelestarian ekonomi rumah tangga: kajian terhadap wanita golongan penghasilan rendah dan menengah (ko-editor bersama S. Suryochondro dan Soeyatni) - 1991
  11. Kajian wanita dalam pembangunan - 1995
  12. Bunga rampai sosiologi keluarga - 1999
  13. Penghapusan diskriminasi terhadap wanita(ko-editor bersama Sulistyowati Irianto dan Achie Sudiarti Luhulima) – 2000
sumber : wikipedia
Read more

Prof. Dr. Parsudi Suparlan

Prof. Dr. Parsudi Suparlan |  (lahir di Jakarta, 3 April 1938 – meninggal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 22 November 2007 pada umur 69 tahun) adalah seorang antropolog Indonesia. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan, dan multikulturalisme.


Pendidikan
S1 Antropologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia diselesaikannya pada tahun 1964. Pada tahun 1970 memperoleh kesempatan belajar di Universitas Illinois, Amerika Serikat, yang kemudian menyelesaikan MA pada tahun 1972 serta Ph.D dalam bidang Antropologi pada tahun 1976.

Karier
Pada tahun 1961, diangkat sebagai asisten dosen dari Prof. Harsya W. Bahtiar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan sebagai dosen tetap sejak tahun 1963. Kegiatan mengajar tetap dilakukan hingga wafatnya pada program S1, S2, S3 Antropologi FISIP UI; di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Program S2 dan S3 Ilmu Kepolisian, Universitas Indonesia; Program S2 Kajian Wilayah Amerika UI dan menjabat sebagai Ketua Program Kajian tersebut sejak 1998.

Pada tahun 1999, Suparlan mendirikan Jurnal Polisi Indonesia dan menjadi Pimpinan Redaksinya sejak saat itu.

Karya
Sebagian besar dari karya-karya tulisannya telah diterbitkan (lebih dari 200 tulisan sejak tahun 1964), antara lain: The Javanese Suriname: Ethnicity in snethnically plural society (Arizona State University, 1995); Oang Sakai di Riau: Masyarakat terasing dalam masyarakat Indonesia (Yayasan Obor 1995), Hubungan Antar Suku Bangsa, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan, diterbitkan oleh YPKIK, 2004. "The Javanese in Suriname: Ethnicity in an Ethnically Plural Society" Published by Program for Southeast Asian Studies Arizona S ISBN 1881044025 (ISBN13: 9781881044024) edition language English. "Kemiskinan di Perkotaan" Paperback, 1st ed., 284 pages Published 1984 by Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia.

sumber : wikipedia
Read more

Mochtar Naim

Mochtar Naim | (lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; umur 81 tahun) merupakan antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-tulisannya, Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran. Polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J (Jawa).

Kehidupan
Mochtar Naim lahir dalam keadaan sungsang. Ketika ia berusia lima tahun, ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Ayahnya yang merupakan seorang pedagang kecil, pergi menikah kembali. Dalam masa kecilnya itu, Mochtar diasuh keluarga ibunya yang berasal dari Banuhampu, Agam, Sumatera Barat. Di nagari tersebut, Mochtar sekolah hingga merampungkan SLA-nya di Bukittinggi.

Ia melanjutkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus, Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian studi masternya dilanjutkan di Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang pendidikannya, Mochtar mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.

Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas Andalas, 1980, dan sejak itu ia menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.
Disertasi Merantau

Dalam disertasinya di University of Singapore, Mochtar menulis disertasi yang berjudul Merantau: Minangkabau Voluntary Migration. Disertasinya itu disampaikan pula dalam International Congress of Orientalists di Canberra, Australia. Disertasinya yang kemudian dibukukan, menjadi bahan rujukan bagi pengamat Minangkabau dalam melihat pola hidup dan penyebaran masyarakat Minangkabau di seluruh dunia.
Teori Kebudayaan
Selain menggunakan pendekatan dialektika (teori konflik) dalam melihat polarisasi budaya di Indonesia,[1] Mochtar juga melahirkan istilah "Minang-kiau". Istilah ini dipersepsikannya dari kebiasaan orang Minang yang suka merantau dan berdagang, seperti halnya orang Cina Perantauan (Hoa-kiau). Lebih jauh lagi Mochtar berpendapat bahwa di samping merantau dan berdagang, pola hidup masyarakat Minangkabau yang sangat menonjol adalah suka berpikir dan menelaah. Sehingga dari kebiasaan itu, Minangkabau banyak melahirkan para pemikir dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Melihat kecenderungan ini, maka Mochtar juga menyamakan masyarakat Minang sebagai "Yahudinya Indonesia"

sumber : wikipedia
Read more

Prof. Dr. Meutia Farida Hatta Swasono

Prof. Dr. Meutia Farida Hatta Swasono (lahir di Yogyakarta, 21 Maret 1947; umur 67 tahun) adalah politikus Indonesia yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004 hingga 2009).

Meutia adalah putri mantan wakil presiden dan proklamator Indonesia, Mohammad Hatta. Ia mendapatkan gelar doktor dalam bidang antropologi dari Universitas Indonesia pada tahun 1991. Pada tahun 2002–2005 ia adalah Ketua Umum Yayasan Hatta.


Mochtar Naim | (lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; umur 81 tahun) merupakan antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-tulisannya, Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran. Polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J (Jawa).

Kehidupan
Mochtar Naim lahir dalam keadaan sungsang. Ketika ia berusia lima tahun, ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Ayahnya yang merupakan seorang pedagang kecil, pergi menikah kembali. Dalam masa kecilnya itu, Mochtar diasuh keluarga ibunya yang berasal dari Banuhampu, Agam, Sumatera Barat. Di nagari tersebut, Mochtar sekolah hingga merampungkan SLA-nya di Bukittinggi.

Ia melanjutkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus, Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian studi masternya dilanjutkan di Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang pendidikannya, Mochtar mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.

Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas Andalas, 1980, dan sejak itu ia menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.
Disertasi Merantau

Dalam disertasinya di University of Singapore, Mochtar menulis disertasi yang berjudul Merantau: Minangkabau Voluntary Migration. Disertasinya itu disampaikan pula dalam International Congress of Orientalists di Canberra, Australia. Disertasinya yang kemudian dibukukan, menjadi bahan rujukan bagi pengamat Minangkabau dalam melihat pola hidup dan penyebaran masyarakat Minangkabau di seluruh dunia.
Teori Kebudayaan
Selain menggunakan pendekatan dialektika (teori konflik) dalam melihat polarisasi budaya di Indonesia,[1] Mochtar juga melahirkan istilah "Minang-kiau". Istilah ini dipersepsikannya dari kebiasaan orang Minang yang suka merantau dan berdagang, seperti halnya orang Cina Perantauan (Hoa-kiau). Lebih jauh lagi Mochtar berpendapat bahwa di samping merantau dan berdagang, pola hidup masyarakat Minangkabau yang sangat menonjol adalah suka berpikir dan menelaah. Sehingga dari kebiasaan itu, Minangkabau banyak melahirkan para pemikir dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Melihat kecenderungan ini, maka Mochtar juga menyamakan masyarakat Minang sebagai "Yahudinya Indonesia"

Prof. Dr. Parsudi Suparlan |  (lahir di Jakarta, 3 April 1938 – meninggal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 22 November 2007 pada umur 69 tahun) adalah seorang antropolog Indonesia. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan, dan multikulturalisme.

Pendidikan
S1 Antropologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia diselesaikannya pada tahun 1964. Pada tahun 1970 memperoleh kesempatan belajar di Universitas Illinois, Amerika Serikat, yang kemudian menyelesaikan MA pada tahun 1972 serta Ph.D dalam bidang Antropologi pada tahun 1976.

Karier
Pada tahun 1961, diangkat sebagai asisten dosen dari Prof. Harsya W. Bahtiar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan sebagai dosen tetap sejak tahun 1963. Kegiatan mengajar tetap dilakukan hingga wafatnya pada program S1, S2, S3 Antropologi FISIP UI; di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Program S2 dan S3 Ilmu Kepolisian, Universitas Indonesia; Program S2 Kajian Wilayah Amerika UI dan menjabat sebagai Ketua Program Kajian tersebut sejak 1998.

Pada tahun 1999, Suparlan mendirikan Jurnal Polisi Indonesia dan menjadi Pimpinan Redaksinya sejak saat itu.

Karya
Sebagian besar dari karya-karya tulisannya telah diterbitkan (lebih dari 200 tulisan sejak tahun 1964), antara lain: The Javanese Suriname: Ethnicity in snethnically plural society (Arizona State University, 1995); Oang Sakai di Riau: Masyarakat terasing dalam masyarakat Indonesia (Yayasan Obor 1995), Hubungan Antar Suku Bangsa, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan, diterbitkan oleh YPKIK, 2004. "The Javanese in Suriname: Ethnicity in an Ethnically Plural Society" Published by Program for Southeast Asian Studies Arizona S ISBN 1881044025 (ISBN13: 9781881044024) edition language English. "Kemiskinan di Perkotaan" Paperback, 1st ed., 284 pages Published 1984 by Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia.

sumber : wikipedia
Read more

Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir

Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir | (lahir di Simangala Hutanamora, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, 1 Februari 1950; umur 64 tahun) adalah seorang doktor di bidang antropologi, ketua Asosiasi Antropologi Indonesia, mantan ketua umum Partai Perjuangan Indonesia Baru, dan istri (alm) Dr. Sjahrir.

Anak dari pasangan (alm) Bonar Pandjaitan (Osi Paulina) dan (alm) Siti Frida Br. Naiborhu dari Huta Parranggitingan, Kartini remaja adalah penggemar olahraga, tercatat ia pernah mengikuti kejuaraan renang antar provinsi tahun 1959, menjadi peserta di cabang renang PON V, tahun 1960. Beliau kini menjadi Pengurus PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) Hubungan Luar Negeri.

Pada tanggal 8 Desember 1979, Kartini menikah dengan Dr. Sjahrir (anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Ekonomi periode 2007-2009). Pasangan ini dikarunia seorang putra, Pandu Patria Sjahrir yang telah menyelesaikan studi masternya di Stanford University, California, serta seorang putri, Gita Rusmida Sjahrir yang juga telah menyelesaikan studi masternya di bidang ekonomi di Wharton School of the University of Pennsylvania, kedua-duanya di Amerika Serikat. Kedua anaknya lahir di Boston, AS ketika Kartini dan Sjahrir menyelesaikan studi doktoral-nya disana.

Kartini lulus Sarjana Antropologi dari Universitas Indonesia tahun 1976. Semasa mahasiswa di Universitas Indonesia pernah menjadi ketua Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UI. Pada tahun 1974-1975, menempuh pendidikan S2 di Boston University-Amerika dan memperoleh gelar Master tahun 1981. Tahun 1982 lulus ujian kandidat Doktor S3. Tahun 1983, kembali ke Jakarta, bekerja sebagai dosen S1 Antropologi di Universitas Indonesia, dan sebagai Chief Editor pada penerbitan buku Yayasan Obor Indonesia (1983-1986). Selain itu juga menjadi peneliti bidang sosial-ekonomi pada CPIS (Center for Policy and Implementation Studies) yang bekerja sama dengan Harvard University dan berafiliasi dengan Departemen Keuangan Republik Indonesia (1986-1992). Tahun 1988, Kartini Sjahrir kembali ke Boston menyelesaikan doktoral-nya, dan tahun 1990 dinyatakan lulus. Disertasinya telah dibukukan oleh PT. Grafiti Press tahun 1995 dengan judul: "Pasar Tenaga Kerja Indonesia: Kasus Sektor Konstruksi". Hingga sekarang ia tercatat sebagai pengajar tidak tetap pada program pasca-sarjana Universitas Indonesia.

Sejak tahun 1993 sampai dengan saat ini, Kartini banyak berkiprah di bidang kerja sosial dan politik. Ia adalah Ketua Umum Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI). Ketua Yayasan Kebun Binatang Ragunan, Pendiri Suara Ibu Peduli (SIP – Gerakan nasional perempuan untuk reformasi), Ketua Yayasan Rumah Ibu (yang menangani masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga), Chief Editor majalah ekonomi-politik "Jurnal", Ketua Yayasan Lingkungan Sejahtera (Yasalira) yang memusatkan perhatian pada soal-soal lingkungan hidup, juga salah satu pemrakarsa berdirinya Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan kemudian membentuk partai politik.

Kartini juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Perjuangan Indonesia Baru(Partai PIB) periode 2007-2011. Pergantian Ketua Umum Partai PIB dari Dr Sjahrir ke istrinya ini berlangsung secara demokratis sesuai dengan AD/ART partai, melalui Kongres Luar Biasa (KLB) Partai PIB pada 2 Juni 2007 lalu. Sebagai seorang perempuan, Kartini mencoba memberi warna baru bagi Partai PIB. Salah satunya adalah dengan lebih memberdayakan perempuan. Hal ini terlihat dari kepengurusan pusat partai PIB yang didominasi oleh kaum perempuan. Partai PIB, yang kini telah berganti nama menjadi Partai Kedaulatan Indonesia Baru (PKBIB), saat ini dipimpin oleh Yenny Wahid, putri mantan Presiden RI (alm) Abdurrahman Wahid.

Pada tanggal 10 Agustus 2010, Kartini dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Duta Besar RI untuk Republik Argentina merangkap Republik Paraguay dan Republik Uruguay, berkedudukan di Buenos Aires.

sumber : wikipedia

Read more