Prof.
Dr. Meutia Farida Hatta Swasono | (lahir
di Yogyakarta, 21 Maret 1947; umur 67 tahun) adalah politikus Indonesia yang
menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010.
Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam
Kabinet Indonesia Bersatu (2004 hingga 2009).
Meutia adalah putri
mantan wakil presiden dan proklamator Indonesia, Mohammad Hatta. Ia mendapatkan
gelar doktor dalam bidang antropologi dari Universitas Indonesia pada tahun
1991. Pada tahun 2002–2005 ia adalah Ketua Umum Yayasan Hatta.
Mochtar
Naim | (lahir
di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; umur 81 tahun)
merupakan antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama,
Mochtar Naim tampil kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan
tulisan-tulisannya, Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep
aliran. Polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang
bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau), berlawanan
dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya J (Jawa).
Kehidupan
Mochtar Naim lahir
dalam keadaan sungsang. Ketika ia berusia lima tahun, ibunya meninggal saat
melahirkan adiknya. Ayahnya yang merupakan seorang pedagang kecil, pergi
menikah kembali. Dalam masa kecilnya itu, Mochtar diasuh keluarga ibunya yang
berasal dari Banuhampu, Agam, Sumatera Barat. Di nagari tersebut, Mochtar
sekolah hingga merampungkan SLA-nya di Bukittinggi.
Ia melanjutkan studi
sarjananya ke tiga universitas sekaligus, Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan
Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian studi
masternya dilanjutkan di Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang
pendidikannya, Mochtar mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.
Mochtar tercatat
sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas Andalas, 1980, dan sejak itu ia
menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk
sebagai Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas
Hasanuddin di Makassar, dan Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.
Disertasi Merantau
Dalam disertasinya
di University of Singapore, Mochtar menulis disertasi yang berjudul Merantau:
Minangkabau Voluntary Migration. Disertasinya itu disampaikan pula dalam International
Congress of Orientalists di Canberra, Australia. Disertasinya yang kemudian
dibukukan, menjadi bahan rujukan bagi pengamat Minangkabau dalam melihat pola
hidup dan penyebaran masyarakat Minangkabau di seluruh dunia.
Teori Kebudayaan
Selain menggunakan
pendekatan dialektika (teori konflik) dalam melihat polarisasi budaya di
Indonesia,[1] Mochtar juga melahirkan istilah "Minang-kiau". Istilah
ini dipersepsikannya dari kebiasaan orang Minang yang suka merantau dan
berdagang, seperti halnya orang Cina Perantauan (Hoa-kiau). Lebih jauh lagi
Mochtar berpendapat bahwa di samping merantau dan berdagang, pola hidup
masyarakat Minangkabau yang sangat menonjol adalah suka berpikir dan menelaah.
Sehingga dari kebiasaan itu, Minangkabau banyak melahirkan para pemikir dan
tokoh-tokoh yang berpengaruh. Melihat kecenderungan ini, maka Mochtar juga
menyamakan masyarakat Minang sebagai "Yahudinya Indonesia"
Prof.
Dr. Parsudi Suparlan | (lahir di
Jakarta, 3 April 1938 – meninggal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 22
November 2007 pada umur 69 tahun) adalah seorang antropolog Indonesia. Ia
memiliki kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan,
dan multikulturalisme.
Pendidikan
S1 Antropologi
Fakultas Sastra Universitas Indonesia diselesaikannya pada tahun 1964. Pada
tahun 1970 memperoleh kesempatan belajar di Universitas Illinois, Amerika
Serikat, yang kemudian menyelesaikan MA pada tahun 1972 serta Ph.D dalam bidang
Antropologi pada tahun 1976.
Karier
Pada tahun 1961,
diangkat sebagai asisten dosen dari Prof. Harsya W. Bahtiar di Fakultas Sastra
Universitas Indonesia dan sebagai dosen tetap sejak tahun 1963. Kegiatan
mengajar tetap dilakukan hingga wafatnya pada program S1, S2, S3 Antropologi
FISIP UI; di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Program S2 dan S3 Ilmu
Kepolisian, Universitas Indonesia; Program S2 Kajian Wilayah Amerika UI dan
menjabat sebagai Ketua Program Kajian tersebut sejak 1998.
Pada tahun 1999,
Suparlan mendirikan Jurnal Polisi Indonesia dan menjadi Pimpinan Redaksinya
sejak saat itu.
Karya
Sebagian besar dari
karya-karya tulisannya telah diterbitkan (lebih dari 200 tulisan sejak tahun
1964), antara lain: The Javanese Suriname: Ethnicity in snethnically plural
society (Arizona State University, 1995); Oang Sakai di Riau: Masyarakat
terasing dalam masyarakat Indonesia (Yayasan Obor 1995), Hubungan Antar Suku
Bangsa, Masyarakat dan Kebudayaan Perkotaan, diterbitkan oleh YPKIK, 2004.
"The Javanese in Suriname: Ethnicity in an Ethnically Plural Society"
Published by Program for Southeast Asian Studies Arizona S ISBN 1881044025
(ISBN13: 9781881044024) edition language English. "Kemiskinan di Perkotaan"
Paperback, 1st ed., 284 pages Published 1984 by Sinar Harapan dan Yayasan Obor
Indonesia.